لَايَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ اَوِ الْمُؤْمِنَةِ فِى
نَفْسِهِ وَفِيْ مَالِهِ وَفِيْ وَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللّٰهَ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيْئَةٍ .
Ujian akan terus menghampiri orang Mukmin dan Mukminah pada diri,
harta dan anaknya hingga ia menjumpai
Allah dan tidak ada kesalahan yang harus dia tanggung .
(HR Ahmad, Timidzi, Ibnu
Hibban , al-Hakim, al-Baihaqi, Abu Ya'la dan al-Bukhari dalam al-Adab
al-Mufrad)
Imam Ahmad
meriwayatkan hadits ini dari Muhammad bin Bisyr dan Yazid; al-Bukhari meriwayatkannya dari Musa, dari Hamad,
dari Muhammad bin Ubaid, dari Umar bin Thalhah; at-Tirmidzi meriwayatkannya
dari Muhammad bin al-A'la, dari Yazid bin Zurai'; Abu Ya'la meriwaytkannya dari
Muhammad bin Hidasy, dari Abbad bin al-'Awam; al-Baihaqi
meriwayatkannya dari Abu Thahir al-Faqih, dari Abu Hamid bin Bilal dari Abi
al-Azhar, dari Said bin Amir; al-Hakim meriyatkannya dari Muhammad bin Abdullah
az-Zihad, dari Abu Bakar bin Abi ad-Dunya al-Qurasyi, dari Ishaq bin Ka'ab,
dari Abad bin al-'Awam, dari Abu Amru Utsman bin Ahmad bin
as-Simak, dari Ibrahim al-Wasithi dari Yazid bin Harun; Ibn Hibban
meriwayatkannya dari Abu Khalifah; dari Musaddad dari Yazid bin Harun, dari
Ishaq bin Ibrahim bin Ismail, dari Muhammad bin an-Nadhar bin Musawir al-Marwazi,
dari Yazid bin Zurai'.
Semuanya (Muhammad bin Bisyr, Yazid bin Harun, Yazid bin
Zurai', Hamad, Umar bin Thalhah, Abbad bin al-'Awam, Sa'id bin Amir) berasal
dari Muhammad bin Amru, dari Abi Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw.
At-Tirmidzi berkata,
"Ini adalah hadits hasan sahih." Al-Hakim berkata,
"Ini adalah hadits sahih menurut syarat Muslim, tetapi tidak dikeluarkan
oleh keduanya dan ia memiliki syahid sahih." Adz-Dzahabi di
dalam At-Talkhish berkomentar, "Menurut syarat Muslim."
Makna Hadits
Hadits ini
menjelaskan bahwa ujian akan terus menghampiri seorang Mukmin dalam riwayat
lain seorang hamba selama ia masih bernafas. Bahkan hidup dan mati itu sendiri
merupakan ujian untuk mengetahui siapa hamba yang paling baik amalnya.
اَلَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ ٢
yang menjadikan mati
dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS al-Mulk [67] : 2)
(بَلَاء) Bala' secara bahasa
artinya (إِمْتِهَان وَ الإِخْتِبَار) imtihan wa al-ikhtibar (ujian dan
cobaan). Menurut Ibn al-Atsir dan yang lainnya bala' terjadi dalam kebaikan (خَيْر) dan keburukan (شَرّ). Makna hadits tersebut
adalah bahwa ujian dan cobaan dalam bentuk kebaikan (khayr) dan keburukan
(syarr) akan terus menimpa Mukmin dan Mukminah atau hamba pada umumnya (Lihat:
QS al-Anbiya [21] : 35).
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوْكُمْ
بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ ٣٥
Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu
dikembalikan.
(QS
al-Anbiya [21] : 35).
Umumnya, orang
menilai ujian dan cobaan itu berupa keburukan atau musibah. Jarang sekali
kenikmatan dan sesuatu yang baik dinilai sebagai ujian. Namun, nash-nash
syariah menjelaskan bahwa semuanya merupakan ujian untuk menguji: apakah kita
bisa sabar saat menghadapi musibah dan bersyukur saat mendapat kenikmatan dan
kebaikan: apakah kita tetap istiqamah di jalan-Nya dalam dua keadaan itu.
Tidak jarang
orang lulus ketika diuji dengan musibah dan kesusahan, namun ia gagal saat
diuji dengan kenikmatan dan kesenangan. Kesadaran bahwa kesenangan itu
merupakam ujian akan menuntut kita untuk tetap terjaga dan tidak terlena dengan
kenikmatan itu lantas kehilangan keistiqamahan dan terjebak dalam menikmati
kesenangan itu.
Musibah atau
keburukan yang menimpa juga merupakan ujian apakah kita
bersabar menghadapinya dan ridha menerimanya ataukah tidak. Jika kita mampu
bersabar maka itu adalah kebaikan yang luas. Sebab, setiap musibah, sekecil
apapun, jika kita hadapi dengan kesabaran, bisa menggugurkan dosa dan menaikkan
derajat kita di hadapan Allah. Rasulullah saw. pernah bersabda:
لاَيُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ شَوْكَةٌ فَمَا
فَوْقَهَا اِلَّا رَفَعَهُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ
عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً .
Tidaklah sebuah duri
mengenai seorang Muslim atau lebih dari itu kecuali dengannya Allah mengangkatnya
satu derajat dan menghapus darinya satu kesalahan (HR Tirmidzi, Muslim, Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).
Dalam riwayat
lainnya dikatakan: niscaya dengan musibah itu Allah mencatat satu kebaikan
baginya. Artinya, ia diberi pahala atas keridhaannya terhadap qadha',
kesabaran: ia bersyukur dan hanya mengadukan musibahnya kepada Allah SWT.
Karenanya, bagi
orang Mukmin semua perkara akan menjadi kebaikan. Rasul saw bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ
أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ اِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ
أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ
صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ .
Menakjubkan perkara seorang Mukmin itu karena
sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan. Hal itu tidak menjadi milik
seorang pun kecuali orang mukmin. Jika mendapat kesenangan ia bersyukur. Itulah
kebaikan baginya. Jika ditimpa kesusahan ia bersabar. Itu pun merupakan
kebaikan baginya. (HR Ahmad, Muslim, ad-Darimi, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).
Hendaklah kita
sadar sepenuhnya, bahwa kedudukan, kecukupan harta, dan berbagai kesenangan
lainnya adalah ujian. Semoga kita tak lupa bersyukur dan tetap istiqamah di
jalan Allah, tidak terlena dengan kesenangan itu. Hendaknya kita juga selalu
sadar bahwa kesusahan, musibah dan berbagai ketidaksenangan yang menimpa
merupakan ujian. Hendaknya kita berusaha untuk sabar karena Rasul pernah
bersabda:
وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللّٰهُ ، وَمَا
أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ.
Siapa saja yang berusaha untuk sabar niscaya
Allah akan menjadikannya mampu bersabar. Tidaklah seorang pun diberi suatu
pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran (HR Bukhari,
Muslim, Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai, at-Tirmidzi dan ad-Darimi). “ ya Allah jadikanlah
kami termasuk orang-orang yang bersyukur dan bersabar ”. [Al-Wa’ie/Hadits
Pilihan/N0.106/Juni
2009]. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
مِنَ الشَّاكِرِيْنَ وَ الصَّابِرِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar